resume pendekatan politik

Nama            : Redha Alfian
NIM            : 1001120325
Jurusan        : Ilmu Hubungan Internasional
Mata Kuliah        : Sistem Politik Indonesia

Pendahuluan
Resume ini menjelaskan tentang teori pendekatan politik yang dimiliki oleh dua orang ahli yakni Gariel L. Almond an David Easton.
Pembahasan
Pendekatan Struktural Fungsional
              Pendekatan struktural fungsional. Pada tahun 1956, 3 tahun setelah David Easton meluncurkan karyanya The Political System (1953), Gabriel A. Almond menerapkan teori sistem tersebut atas sistem politik suatu bangsa sebagai bentuk metode trial and error layaknya sebuah teori. Namun, Almond melakukan sejumlah modifikasi atas teori Easton. Jika Easton membangun suatu grand theory, maka Almond membangun suatu middle-range theory. Secara umum, teori sistem yang dibangun Almond terdiri atas 3 tahap.


Tahap 1 : Gabriel A. Almond dalam Comparative Political Systems (1956)

Tipologi sistem politik Almond pertama kali ia ajukan pada tahu 1956. Perhatiannya pada tiga asumsi :
1. Sistem menandai totalitas interaksi di antara unit-unitnya serta keseimbangan di dalam sistem selalu berubah.
2. Hal penting dalam sistem politik bukan semata-mata lembaga formal, melainkan juga struktur informal serta peran yang dijalankannya.
3. Budaya politik adalah kecenderungan utama dalam sistem politik, di mana budaya inilah yang membedakan satu sistem politik dengan sistem politik lain.


Tahap 2 : Gabriel A. Almond dan James Coleman dalam The Politics of Developing Areas (1960)

            Dalam tahap 2 ini Almond berusaha menghindarkan keterjebakan analisa sistem politik dari kontitusi/lembaga politik formal menjadi ke arah struktur serta fungsi yang dijalankan masing-masing unit dalam sistem politik. Fungsi menggantikan konsep power, sementara struktur menggantikan konsep lembaga politik formal.


           Dalam tahap 2 ini pula Almond menandaskan bahwa sistem politik memiliki 4 karakteristik yang bersifat universal. Karakteristik ini dapat berlaku di negara manapun. Keempat karakteristik tersebut adalah :
1. All political systems have political structures [setiap sistem politik punya struktur-struktur politik]
2. The same functions are performed in all political systems [fungsi-fungsi yang sama dapat ditemui di setiap sistem politik]
3. All political structure ... is multi-functional. [setiap struktur politik … bersifat multifungsi]
4. All political systems are mixed in the cultural sense [setiap sistem politik telah bercampur dengan budaya politik masing-masing]


              Setelah mengajukan keempat asumsi dasar, Almond memodifikasi input serta output yang dimaksudkan David Easton. Rincian Almond ini menjelaskan fungsi-fungsi input serta output Easton yang cukup abstrak tersebut. Bagi Almond, secara fungsional setiap sistem politik memiliki fungsi-fungsi input serta output, yang rinciannya sebagai berikut :

Fungsi Input terdiri atas :
Sosialisasi dan rekrutmen politik Artikulasi kepentingan Agregasi (pengelompokan) kepentingan Komunikasi politik

Fungsi output terdiri atas :
Pembuatan peraturan Penerapan peraturan Pengawasan peraturan


            Sosialisasi dan rekrutmen politik meliputi rekrutmen individu dari aneka kelas masyarakat, etnik, kelompok, dan sejenisnya untuk masuk ke dalam partai politik, birokrasi, dan sebagainya. Artikulasi kepentingan merupakan ekspresi kepentingan politik dan tuntutan untuk melakukan tindakan. Pengelompokan kepentingan merupakan penyatuan tuntutan dan dukungan dari masyarakat yang diartikulasikan oleh partai politik, kelompok kepentingan, dan entitas politik lainnya. Komunikasi politik melayani proses komunikasi di antara seluruh entitas politik yang berkepentingan oleh sebab baik sosialisasi dan rekrutmen politik, artikulasi kepentingan, dan agregasi kepentingan semua disuarakan melalui proses komunikasi politik.

            Di level fungsi output, proses yang berlangsung adalah dalam konteks pemisahan kekuasaan trias politika menurut Montesquieu. Pembuatan peraturan dilakukan oleh lembaga legislatif, pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga eksekutif, sementara pengawasan dilakukan oleh lembaga yudikatif.

               Almond membagi ada 3 level dalam sistem politik. Level pertama terdiri atas 6 fungsi konversi yaitu : artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, komunikasi politik, pembuatan peraturan, pelaksanaan peraturan, dan pengawasan peraturan. Fungsi-fungsi ini berhubugnan dengan tuntutan dan dukungan pada input serta keputusan dan tingdakan pada output.

              Level kedua dari aktivitas sistem politik teletak pada fungsi-fungsi kemampuan, yaitu regulasi, ekstraksi, distribusi, simbolik, dan respon. Almond menyebutkan bahwa di negara-negara demokratis, output dari kemampuan regulasi, ekstaksi, dan distribusi lebih dipengaruhi oleh tuntutan dari kelompokk-kelompok sehingga masyarakat demokratis memiliki kemampuan responsif yang lebih tinggi. Sementara itu pada sistem totaliter, output kurang responsif pada tuntuan, perilaku regulatif bercorak paksaan, seraya lebih mengekstraksi secara maksimal sumber daya dari masyarakatnya. Sementara itu, yang dimaksud Almond dengan kemampuan simbolik adalah kemampuan suatu sistem politik untuk menonjolkan diri di lingkungan internasional.

             Level ketiga ditempati oleh fungsi maintenance (pemeliharaan) dan adaptasi. Kedua fungsi ini ditempati oleh sosialisasi dan rekrutmen politik. Teori sistem politik Gabriel A. Almond ini kiranya lebih memperjelas maksud dari David Easton dalam menjelaskan kinerja suatu sistem politik. Melalui Gabriel A. Almond, pendekatan struktural fungsional mulai mendapat tempat di dalam analisis kehidupan politik suatu negara.


Sementara itu, pendekatan prilaku menampilkan suatu iri khas yang revolusioner yaitu suatu orintasi kuat untuk lebih mengilmiah ilmu politik. Orientasi ini mencakup bebrapa konsep pokok, yang oleh David Easton(1962), diuraikan sebagai berikut:
1. Perilaku plitik menampilkan keteraturan (regulartas) yang peru dirumuska sebagai generasi yang kemudian dibuktikan kebenarannya.
2. Harus ada usaha membedakan secara jelas antara orma dan fakta.
3. Analisa potik tidak boleh dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi.
4. Penelitian harus sistematis an menuju pembentkan toeri
5. Ilmu politik haus bersifat murni

No comments:

Post a Comment