DIPLOMASI INDONESIA ERA KOLONIALISME



DIPLOMASI INDONESIA
DIPLOMASI INDONESIA ERA KOLONIALISME












OLEH :
RAHMAT HARYAMA
0901120263

HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS RIAU
2011



DIPLOMASI INDONESIA
ERA KOLONEALISME BARAT
Tulisan ini memaparkan tentang Diplomasi Indonesia Era Kolonial, dengan bahasan Kemunduran Diplomasi Indonesia, dan Diplomasi dan Politik Adu Domba. Data dan informasi diambil dari beberapa sumber yang relevan dan berkaitan dengan bahasan tersebut.


Mundurnya Diplomasi Indonesia
Politik luar negeri pada saat itu dimainkan oleh pemerintahan hindia belanda. Dunia yang berkembang dan melakukan kegiatan-kegiatan hubungan luar negeri semakin banyak dengan nusantara yang dimotori langsung kompeni. Diplomasi yang dilakukan dahulu tidak seperti kemajuan dalam pembangunan yang dicapai Indonesia sekarang di berbagai bidang, yang menyebabkan makin meningkatnya kegiatan Indonesia di dunia internasional, baik dari pemerintah maupun swasta/perseorangan, membawa akibat perlu ditingkatkannya perlindungan terhadap kepentingan negara dan warga negara.
Dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri, Indonesia tidak terlihat melakukan hubungan diplomasi karena Negara lebih dipegang oleh hindia belanda. Tetapi ada beberapa tokoh Indonesia yang melakukan diplomasi dengan Negara lain yang diberikan kewenangan oleh pemerintahan belanda. Seperti Agus Salim yang sebagai pengusung tradisi diplomatik angkatan pertama dalam sejarah Indonesia. Karir diplomatiknya diawali dengan diangkatnya Agus Salim sebagai konsulat di Jeddah Arab Saudi, pada kurun 1906-1911. Pengangkatan ini terwujud berkat rekomendasi ilmuwan dan ahli politik Hindia Belanda, Prof. Snouck Hurgronje.
Diplomasi yang dilakukan lansung oleh politikus Indonesia untuk Indonesia tidak terlihat, karena intervensi dari Belanda yang menguasai dalam bidan kekuasaan dan lainnya. Tidak banyak data yang menyebutkan diplomasi yang dilakukan untuk Indonesia. Tetapi ada para ahli diplomasi seperti Agus Salim yang sempat membeberkan bagaimana Belanda menjajah Indonesia dan mengakibatkan Amerika menutup pasar mereka untuk rempah-rempah yang dikirim Belanda dari kekayaan bumi Indonesia.
Jelas bahwa kemunduran diplomasi Indonesia pada saat itu. Tetapimasih ada segelintir kerjasama yang dilakukan dengan Negara islam yang lumayan pesat pada kerajaan islam yang ada di nusantara. Kerajaan islam dan kesultanan di Indonesia cukup banyak melakuakan kerjasaama dengan Negara islam lainnya. Tetapi tidak berdampak pada seluruh warga Indonesia melainkan hanya pada kerajaan saja.
Diplomasi dan Politik Adu Domba
Politik adu domba pada masa ini lebih dari pengaruh colonial Belanda yang saat itu menjajah Indonesia, politik adu domba merupakan segala upaya dan rayuan serta bujukan untuk memperngaruhi sebagian kaum dalam satu kaum yang akhirnya membuat kerusuhan dan kekacauan diantara mereka.
Pada saat era colonial ini, banyak hal-hal yang dilakukan penjajah untuk mempengaruhi sebagian dari rakyat Indonesia. Terlebih antara kerajaan dengan masyarakat atau kesultanan dengan pribumi. Pengaruh yang diberikan untuk menggoyahkan pertahanan dari kesultanan dan pribumi. Belanda akan selalu menginginkan kesempatan baik untuk politik adu domba ini, karena ingin memecah belah rakyat Indonesia dengan saling membenci diantara mereka.
Kedekatan hubungan dengan kompeni ini sampai-sampai mempengaruhi cara pikir dan tingkah laku Putra Mahkota. Dalam kehidupan sehari-hari, cara berpakaian, makanan dan sebagainya, Putra Mahkota banyak meniru kebiasaan-kebiasaan orang Belanda, yang dirasa asing oleh rakyat. Sehingga tidaklah aneh apabila sebagian besar rakyat dan pembesar kerajaan tidak menyenanginya. Dan menghasilkan perpecahan di nusantara, perpecahan-perpecahan yang dihasilkan tersebut merupakan diplomasi yang dilakukan oleh kompeni dengan mengadu anggota kerajaan sehingga perkelahian akan terjadi. Tetapi bukan antara colonial yang harus titumpas melainkan sesama anggota kerajaan seperti kesultanan dengan potra mahkota.
Politik adu domba ini bisa dikatakan perang saudara yang tidak dapat terelakkan. Karena pengaruh yang diberikan oleh bangsa lain, dan dari perang saudara ini memberikan kontribusi dan keuntungan bagi bangsa laintersebut. Seperti tidak akan terkuras tenaga bangsa lain untuk menghacurkan mereka, tetapi malah mereka yang saling menghancurkan. Ini yang dilakukan kompeni pada rakyat dengan mengadu sesama rakyat Indonesia, atau sesama anggota kerajaan. Karena kedekatan yang terjadi pada sebagian anggota kerajaan dengan kompeni.
Politik adu domba yang terjadi di Indonesia yang dilakukan oleh colonial dapat dilihat saat Sultan ‘Abulfath Abdul Fattah mengangkat putra pertamanya menjadi putra mahkota. Wewenang putra mahkota rupanya cukup besar, sehingga semua kebijaksanaan Sultan haruslah hasil musyawarah antara sultan, mangkubumi dan putra mahkota. Oleh karenanya putra mahkota pun mempunyai pembantu-pembantunya sendiri, seperti juga mempunyai pasukan dan sebagainya. Dan kompeni sengaja mendekati putra mahkota untuk kepentingannya. Sehingga membuat perpecahan di kerajaan, tetapi telah teratasi oleh sultan dengan melakuakn perjanjian.
Adalagi peperangan untuk mematahkan kekuatan Lohasama Matulesy Kapitan Patimura dimaluku sehingga adanya perang saudara antara anak angkat pro portogis. Seperti de fretes, de lima, de costa dan de quegue dan lain-lainnya serta dari anak angkat pro belanda. Seperti hogendorof, jansen, crikof dan hendriks dan lainnya. Ini disebut sebagai suatu peperangan saudara antara katong dengan katong untuk keuntungan bangsa lain. Ternyata dari perperang saudara tersebut, bangsa portogis mengalami kekalahan terhadap bangsa Belanda. Sesudah itu, penangkapan, pembunuhan terjadi terhadap bangsa Maluku Alifuru, sehingga Thomas Matulesy harus ditangkap dengan suatu taktik tipu daya belanda dan juga semua tua-tua adat serta semua keturunan Thomas Matulesy.
Dan masih banyak politik adu domba yang dilakukan kompeni di Indonesia dan memecah belah antara rakyat. Ada yang bisa diatasi dan ada pula yang tidak, dan terus berlanjut hingga apa yang diinginkan oleh kompeni tercapai untuk menduduki daerah tersebut dengan melakukan perang saudara dan menyebarkan politik adu domba kepada rakyat.


Referensi
Sejarah Nasional Indonesia Jilid II, 1984, terbitan PP Balai Pustaka, Jakarta




No comments:

Post a Comment