paper MILITER SEBAGAI PARAMETER POWER


MILITER SEBAGAI PARAMETER POWER
PENDAHULUAN
Negara-bangsa merupakan anonym dari konsep sosiologi yang memandang manusia sebagai makhluk social. Dalam konsep itu, asa saling ketergantungan, saling membutuhkan antara manusia satu dengan yang lain, tetapi tidak jarang juga ada konflik yang terjadi diantara mereka. Thomas Hobbes menggambarakan manusia dalam keadaan Bellum omnium contra omnes atau “war of every man against every man” atau dalam bahasa Indonesia berarti peperangan dari setiap manusia melawan manusia. Disamping itu, Amin Rais juga mengemukakan bahwa dalam keadaan seperti itu setiap manusia mengutamakan keselamatannya sendiri dengan jalan memperbesar kekuasaan dengan saling mengalahkan.
PEMBAHASAN
  1. Perang dan politik internasional
Berbicara tentang perang, orang memandang sebagai fenomena yang umurnya setua umur manusia. Mortpn dan mohtar mas’oed menyatakan, bahwa persaingan adalah perlu, kekuasaan harus dikejar, jangan dijauhi, kekerasan dan perang diterima sebagai sarana untuk memperoleh kekuasaan, halini menyiratkan bhawa kekerasan dan perang selalu bergandengan dalam politik (politik internasional) dengan karakternya struggle for power.
Von Clusewitz mengatakan bahwa perang adalah kelanjutan politik dengan cara-cara lain. Dictum ini diperkuat bahwa hakekat Negara adalah suatu perjuangan sepanjang masa dan dalam hal ini ia identik dengan politik perjuangan.
Perang saat ini tentu berbeda dengan zamannya sun Tsu tetapi hakekat perang tetap sama. Berbagai instrument pendukung perang tentu sesuai dengan zamannya, dan penyiapan semuanya berarti untuk berperang tetapi mewaspadai perang sangatlah berarti. Bahkan Thomas Hobbes yakin bahwa perang tidak dapat dihindari. Amin Rais menyatakan bahwa perdamaian dunia merupakan perdamaian yang tidak stabil. Hal itu member indikasi bahwa perdamaian abadi dalam politik internasional adalah semu.
Sejarah perang memberikan fakta bagaimana kekuatan militer suatu Negara dengan dukungan berbagai fasilitas/peralatan militer maupun member keunggulan dan menguntungkan walaupunitu jauh lebih merugikan disbanding tidak dalam keadaan berperang.
Perang masih terlalu sering dipakai untuk menyelesaikan konflik kepentingan. Upaya nyata untuk menghindari perang misalnya dalam pembentukan Liga Bangsa-bangsa setelha perang dunia I. walaupun demikian ternyata perang dunia II lebih dahsyat dan tidak dapat dihindari, dan itu muncul dalam selang waktu 20 tahun setelah perang dunia I. upaya mewujudkan perdamaian dunia kembali muncul dengan lahirnya Perserikatan Bangsa-bangsa. Lahirnya lembaga ini dengan maksud agar setiap konflik internasional dapat terselesaikan dengan jalan damai melalui mekanisme nya.
  1. Gambaran kekuatan militer bagi suatu bangsa
Dari gambaran kaum realitas, perang memang tidak dapat dihindari, Negara tidak mampu untuk berkelit dari realita itu. Pembangunan kekuatan militer bagi suatu Negara tidak berarti Negara mempersiapkan diri untuk berperang. Pembangunan itu akan dapat juga berarti dalam upaya mewaspadai perang. Dengan kata lain bahwa dengan pembangunan kekuatan militernya suatu Negara akan menjadi suatu actor yang dapat mengeliminir kondisi perang; dapat membuat actor (Negara) lain segan atau terhitung sekian kali memakai kekerasan. Walau harus diakui bahwa hal ini akan menimbulkan “security dilemma”, security dilemma akan dapat terhindar dari ambang perang apabila actor Negara tetap mempertahankan citra positif dalam fostur defensive.
Disamping itu, perlu juga diketengahi disini, bahwa penentu perang bukanlah semata-mata karena kekuatan militer tetapi banyak factor lain yang terintegrasi didalamnya, sehingga kekuatan militer hanya merupakan salah satu factor dalam pembangunan kekuatan/power Negara.
Dari uraian diatas maka dapat dikemukakan, bahwa pembangunan kekuatan militer amat penting bagi suatu Negara. Ada beberapa alas an yang dapat dikemukakan untuk itu, yakni, :
  1. Bahwa pembangunan kekuatan militer pada dasarnya bukan semata-mata sebagai suatu persiapan perang. Tetapi untuk kepentinganyang bersifat defentif atau pertahanan keamanan terhadap berbagai komponen dalam Negara untuk tetap terjaminnya rasa keamanan kehidupan entitas Negara. Yang dimaksud disini adalah dalam kerangka menciptakan suatu rasa aman dan terjami terhadap semua komponen dalam Negara. Hal ini penting untuk upaya perwujudan cita-cita nasional, karena Negara pada dasarnya memiliki tugas dan tanggung jawab menjaga keamanan Negara nya, disamping menjamin kesejahteraan warga Negara nya.
  2. Pembangunan kekuatan militer juga merupakan strategi penangkalan. Maksudnya untuk membuat pihak lain tidak melakukan suatu serangan karena merasa segan terhadap kekuatan militer yang ia perkirakan sebagai dampak pembangunan kekuatan militer.
  3. Memiliki motivasi kedepan, dalam pengertian, bahwa dengan kekuatan militer dapat memupuk rasa kepercayaan diri yang tinggi bagi warganya terhadap pemimpim dan negaranya.
  4. Mempengaruhi kekuatan militer suatu Negara. Yakni dalam pengertian kemampuan Negara untuk memaksa, mempengaruhi serta membujuk suatu actor untuk melakukan hal-hal yang diinginkan.
Dengan demikian, pembangunan kekuatan militer suatu Negara memiliki suatu aspek yang perlu diperhitungkan oleh actor lainnya.
  1. Hakekat kekuatan militer
Amat sulit menentukan kekuatan militer: umumnya akan ada suatu pseudo dalam hal ini, karena Negara dan militer terpisah. Namun ada dua klasifikasi umum kekuatan militer:
  1. Ukuran obyektif : menyangkut kemampuan tempur, jumlah dan keterampilan personal, jumlah dan kemampuan peralatan.
  2. Ukuran subyektif : menyangkut persepsi aktor tersebut terhadap kemampuan militer suatu Negara.
Kesimpulan
Power suatu negara dapat diukur melalui kekuatan militernya, Kekuatan negara dan kekuatan militer memiliki korelasi yang sangat erat mengingat militer adalah salah satu factor pembuat utopis Negara lain, sehingga perlu adanya suatu militer baik untuk berjaga-jaga dan bahkan sebagai alat penentu kepentingan nasional.


Daftar Pustaka
Amin Rais(1989), politik internasional dewasa ini, Surabaya : PT Usaha Nasional
Careton Clyner Radel,e et. Al. (1995) pengantar ilmu politik(terj), Jakarta : Rajawali grafindo persada
Muhadi Sugionno (1997), kekuatan militer, Yogyakarta : UGM
























TUGAS KE 8

MILITER SEBAGAI PARAMETER POWER




REDHA ALFIAN
10011200325


PENGANTAR ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
KELAS A


JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2011

4 comments:

  1. Heu, bikin blog dia... kekeke... Keep workin'.. :D

    ReplyDelete
  2. wahahaaha, Follow geb, ntar ku follow balek blog punya mu

    ReplyDelete
  3. Aq punya nya wordpress bg, bukan blogger.. hehehe..

    ReplyDelete