paper perspektif hubungan Internasional


Nama : Redha Alfian tugas 3
NIM : 1001120325
Mata Kuliah : pengantar ilmu politik
Jurusan : Ilmu Hubungan internasional


Perang dunia I membuka pintu terhadap revolusi paradigma dalam studi HI. Sejumlah perspektif HI berusaha menarik perhatian para peminatnya pada periode ini. Paper ini akan menjelaskan beberapa paradigma tersebut seperti Realis, Behavioralis, Idealis, dan strukturalis.

Idealis
Secara kolektif kelompok idealis memiliki keyakinan seperti
  1. yakin bahwa fitrah manusia adalah baik. Oleh karena itu manusia saling mampu membantu dan bekerja sama.
  2. Perhatian fundamental manusia terhadap perang memungkinkan terjadinya kemajuan.
  3. Perilaku buruk manusia adalah produk, bukan manusia nya yang jahat tetapi lembaganya dan pengaturan struktural yang memotivasi orang bertindak egois dan merusak yang lainnya.
  4. Perang bukan tidak terhindarkan dan sering dapat dicegah dengan menghapus lembaga yang mendorongnya.
  5. Masyarakat internasional harus mengakui usaha untuk menghapus institusi yang mendorong terjadinya perang

Realisme
realisme lahir akibat kegagalan membendung perang dunia pertama dan kedua. Aliran ini semakin kuat setelah perang dunia kedua, terutama di Amerika Serikat pacuan senjata yang terjadi pada perang dingin semakin mengukuhkan perspektif Realisme. Tetapi setelah perang dunia kedua realisme mengklaim bahwa realisme bukanlah sesuatu yang baru dan menghubungkan paham nya keberagam jenis sumber.
Kaum realis menarik awal mula mereka pada 2500 tahun yang lalu dan melalui tulisan-tulisan Thucydides. Pemikiran Niccolo Machiavelli dan filsuf Thomas Hobbes juga menunjukan bagaimana realisme ditemukan pada masa kebijaksanaan masa lammpau (old age wisdom) . Machieveli menguatkan kekuasaan para negarawan yang mencakup intruksi bahwa janji harus dilanggar jika terdapat keuntungan dari tindakan tersebut.
Hobbes berpengaruh karena ia merupakan orang pertama yang terus membahas tentang karakteristik kekuasaan dan otoritas sekuler ( non-religius=tak beragama).
Singkatnya, poin-poin realis adalah
  1. negara berdaulat adalah aktor kunci HI
  2. negara-negara dimotivasi oleh sebuah dorongan untuk kekuasaan serta mengejar kepentingan nasional.
  3. Masalah utama dalam HI adalah kondisi anarki.
  4. Niat agresif dari berbagai negara, ditambah tidak adanya pemerintah dunia, yang berarti bahwa konflik adalah sebuah realitas yang selalu ada dalam HI
  5. persamaan tentang tatanan dan keamanan bisa dipelihara dengan membentuk aliansi-aliansi antar negara untuk mencegah satu negara menjadi adikuasa dan, sehingga, menjadi ancaman bagi perdamaian dan keamanan dunia
  6. institusi-institusi dan hukum internasional memainkan peranan penting dalam hubungan internasional, tetapi hanya bisa efektif jika didukung oleh kekuatan dan sanksi efektif.


Strukturalisme
meskipun populariritasnya berkurang, tetapi perspektif ini sangatlah enting dalam sejarah teori HI, dan hingga kini masih memiliki relevansi. Pertama, kaum strukturalis menghendaki agar keadilan terus dipahami oleh banyak orang, terutama di dunia berkembang. Dilihat dari perspektif botom-up. Contoh pendapat kauim ini adalah bahwasanya ekonomi global hanya menguntungkan kelas sosial tertentu saja dan pada dasarnya tidak adil.
Kedua, realisme meluncurkan kritik untuk realisme dan liberalisme juga. Sekilas paham ini mirip dengan realisme yang memainkan konflik sebagai acuan utama dalam HI.
Asumsi-asumsi kaum strukturalis adalah
  1. karakteristik manusia tidaklah bersifat tetap dan esential. Perhatian utama manusia adalah sosial dan sejarah. Meski demikian, karakteristik manusia dikondisikan oleh berbagai bentuk dari organisasi sosial, ekonomi, dan politik yang ada.
  2. Subjek-subjek daat dikelompokan kedalam berbagai kelompok yang dapat diidentifikasikan yang memiliki kepentingan konkret.
  3. strukturalisme sebagai ilmu pengetahuan “ jelas berbeda dari sistem kepercayaan atau ideologi, dengan mengesampingkan kepercayaan moral mendalam dari mereka yang menggunakannya sebagai suatu teori penjelasan.
  4. Kaum strukturalis tidak membuat pemisahan yang jelas antarra nasional (dalam) dengan internasional (luar).


Behavioralis
Aliran realisme klasik menyiapkan secara serius pemikiran teoritis mengenai kondisi global dan kaitan empiris. Namun demikian ketidakpuasaan karena kurangnya data, reaksi tandingan, kesulitan dalam peristilahan dan metode, mendapatkan momentum pada tahun 1960-n dan awal 1970-n.
Aliran perilaku dalam HI bagian dari gerakan besar yang menyebar dalam ilmu-ilmu sosial secara umum. Sering disebut sebagai pendekatan ilmiah (scientific aproach), behavioralis menentang model-model yang ada dalam mempelajari perilaku manusia dan basis teorinya yang disebut tradisionalisme.
Asumsi yang sama dan perskripsi analitik merupakan gerakan dari behavioralis. Aliran ini mengusahakan generaliisasi seperti hukum mengenai fenomena internasional. Yakni, pernyataan mengenai pola-pola dan keteraturan melintasi waktu dan tempat.
Bertolak dari perspektif ini sebuah teori HI harus berisi pernyataan hubungan antara dua atau lebih variabel, khusus untuk kondisi dimana hubungan antar dua atau lebih variabel, khusus untuk kondisi dimana hubungan berlangsung dan menjelaskan mengapa hubungan itu bisa berlangsung.
Untuk menemukan teori, penganut perilaku cendrung kepada analisa komparatif lintas nasional tak hanya sekedar studi kasus negara tertentu.
Simpulan
Untuk memahami perubahan dunia sekarang dan embuat prognosa yag masuk akal tentang masa depan, kita pertama perlu melengkapi dengan pengetahuan yang cukup dan alat konseptual, interpretasi yang bertentangan mengenai cara-cara melihat peta politik dunia dan masalah dari asumsi-asumsi cara pandang dunia.


Daftar pustaka
Masoed, mochtar, ilmu hubungan internasional, Jakart, LP3ES, 1994
Viotti, paul R dan Mark V Kauppi. Internasional Relations Theory :Realism, Pluralism, Globalism. London, Macmillan Publishing company, 1993
sudarsono, juwono dkk, perkembangan studi hubungan internasional, Jakarta, Pustaka Jaya, 1996

No comments:

Post a Comment