paper KERAJAAAN NUSANTARA


DIPLOMASI INDONESIA ERA
KERAJAAAN NUSANTARA







M. CHAIRIL UMAM
0901120139

DIPLOMASI INDONESIA
KELAS A



Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Riau
2011
Diplomasi Era Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya adalah kerajaan maritim yang terkuat di pulau Sumatera dan berpengaruh di Nusantara. Bukti-bukti mengenai keberadaan kerajaan sriwijaya ditemukan pada abad ketujuh. Daerah kekuasaan Sriwijaya meliputi Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang pernah menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional selama berabad-abad dengan menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Setiap pelayaran dan perdagangan dari Asia Barat ke Asia Timur atau sebaliknya harus melewati wilayah Kerajaan Sriwijaya. Keadaan ini membawa keuntungan untuk Kerajaan Sriwijaya terutama penjualan komoditas ekspor dan bea cukai bagi kapal-kapal yang singgah di pelabuhan-pelabuhan milik Sriwijaya. Sriwijaya mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang dan menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya. Petualang Tiongkok, I Tsing, mencatat, Sriwijaya adalah kerajaan besar yang mempunyai benteng di Kotaraja dengan armada laut yang sangat kuat. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Budha dan merupakan pusat pendidikan agama Buddha di Asia Tenggara.
Dalam perdagangan Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok yakni dengan menguasai atas selat Malaka dan selat Sunda. Sriwijaya memiliki aneka komoditi seperti kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading emas, dan timah. Pada paruh pertama abad ke-10, diantara pergantian dinasti Cina, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, sehingga Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.
Pada tahun 903 penulis Muslim Ibnu Batutah sangat terkesan dengan kemakmuran Sriwijaya. Daerah urban kerajaan meliputi Palembang (khusus Bukit Seguntang) Muara Jambi dan Kedah. Di tahun 902 Sriwijaya mengirimkan upeti ke China. Dua tahun kemudian raja terakhir dinasti Tang menganugerahkan gelar kepada utusan Sriwijaya. Dari literatur Tiongkok utusan itu mempunyai nama Arab. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu Sriwijaya sudah berhubungan dengan orang Arab. Sriwijaya terkenal sebagai bandar pusat perdagangan di Asia Tenggara, hal ini menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari Timur Tengah. Sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera saat melemahnya pengaruh Sriwijaya.
Ada sumber yang menyebutkan, karena pengaruh orang muslim Arab yang banyak berkunjung di Sriwijaya, maka raja Sriwijaya yang bernama Sri Indrawarman masuk Islam pada tahun 718. Sehingga sangat dimungkinkan kehidupan sosial Sriwijaya adalah masyarakat sosial yang di dalamnya terdapat masyarakat Budha dan Muslim sekaligus. Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Suriah. Pada salah satu naskah surat yang ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720M) berisi permintaan agar khalifah sudi mengirimkan da’i ke istana Sriwijaya.
Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, dan sebuah prasasti berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputra mendedikasikan sebuah viara kepada Universitas Nalanda, Pala. Relasi dengan dinasti Chola di selatan India cukup baik, dari prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya telah membangun sebuah vihara. Hubungan menjadi buruk setelah Rajendra Chola I naik tahta dan melakukan penyerangan di abad ke-11. Kemudian hubungan ini kembali membaik pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar Vihara tersebut.

Diplomasi Era Kerajaan Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk yg berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lain di semenanjung Malaya, Borneo, Sumatra, Bali, dan Filipina. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yg menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo, hingga Indonesia timur meskipun wilayah kekuasaan masih diperdebatkan.
Sesudah Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290 Singhasari menjadi kerajaan paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yg bernama Meng Chi ke Singhasari yg menuntut upeti. Kertanagara penguasa kerajaan Singhasari yg terakhir menolak utk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dgn merusak wajah dan memotong telinganya. Kublai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293. Ketika itu Jayakatwang adipati Kediri sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria Wiraraja Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya menantu Kertanegara yg datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit yg nama diambil dari buah maja dan rasa “pahit” dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongolia tiba Wijaya bersekutu dgn pasukan Mongolia utk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongol sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya.
Pada masa pemerintahan Jayanegara hubungan diplomatik antara Majapahit dan Cina menjadi membaik yang sebelumnya sempat tercoreng dengan hancurnya pasukan yang dipimpin kubilai khan. Perdagangan antara kedua negara meningkat dan banyak orang Cina yang menetap di Majapahit. Hubungan Sri Langka dengan Majapahit juga telah dimulai sejak pemerintahan Jayanagara. Hal ini dapat dilihat dalam Prasasti Sidateka, raja Jayanagara menggunakan nama abiseka Sri Sundarapandya Adiswara, sedangkan unsur Pandya mengingatkan dinasti Pandya di Sri Langka. Nama Sri Langka sudah dikenal sejak abad tigabelas sebagai daerah otonom Sriwijaya. Persahabatan antara Sri Langka dan Majapahit. Hubungan antara Ayuda dan Majapahit berlangsung disekitrar tahun 1350, setelah Ramadipati berhasil menyerangu Sukhothai dan menawarkan raja Lu Thai pada tahun 1349 kemudian mendirikan kerajaan Dwarawati.
Majapahit mencapai zaman keemasannya terjadi pada pemerintahan Hayam Wuruk. Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk kerajaan Majapahit menjadi sebuah kerajaan besar yang kuat, baik di bidang ekonomi maupun politik. Hayam Wuruk memerintahkan pembuatan bendungan-bendungan dan saluran-saluran air untuk kepentingan irigasi dan mengendalikan banjir. Sejumlah pelabuhan sungai pun dibuat untuk memudahkan transportasi dan bongkar muat barang..
Beberapa negara mempunyai hubungan persahabatan dengan Majapahit seperti Syangka, Ayudaputra, Darmaanagari, Marutama, Rajaputra, Campa, Kamboja dan Yawana. Daftar nama itu hampir serupa dengan nama-nama yang disebut tentang tamu-tamu asing yang sering berkunjung ke Majapahit, terutama para pedagang dan para pendeta. Banyak di antara para pendeta asing yang menetap di Majapahit berkat pelayanan yang baik. Mereka itu adalah penyebar kebudayaan india. Berkat usahanya hinduisme di Majapahit bertambah kuat. Hubungan persahabatan itu didasari atas kunjungan para pedagang dan pendeta bukan karena perwakilan asing timbal balik di negara-negara yang bersangkutan seperti sekarang. Tali persahabatan itu dimaksudkan sebagai usaha untuk menghindarkan serbuan tentara asing ke daerah otonom Majapahit di seberang lautan, terutama di Semenanjung Tanah Melayu karena negara-negara tetangga itu kebanyakan berbatasan atau berdekatan dengan daerah bawahan tersebut. Lagipula sebagian besar negara itu menganut agama Hindu/Budha seperti Majapahit.
.
Diplomasi Era Kerajaan Islam
Banyak sumber sejarah yang menyebutkan kapan Islam masuk ke Indonesia. Menurut sumber-sumber literatur Cina menyebutkan, menjelang seperempat abad ke-7, sudah berdiri perkampungan Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera. Orang-orang Arab bertempat tinggal dan menikah dengan penduduk lokal dan membentuk komunitas-komunitas Muslim. Dalam kitab sejarah Cina yang berjudul Chiu T’hang Shu disebutkan pernah mendapat kunjungan diplomatik dari orang-orang Arab, pada tahun tahun 651 Masehi atau 31 Hijirah. Empat tahun kemudian, dinasti yang sama kedatangan duta yang dikirim oleh Tan mi mo ni’. Tan mi mo ni’ adalah sebutan untuk Amirul Mukminin. Setiap tahun, semakin banyak orang dari Timur Tengah yang datang ke wilayah Nusantara.
Pada perkembangannya Islam mulai tumbuh dan berkembang di nusantara. Hal ini mengakibatkan munculnya kerjaan Islam di nusantara. Kerajaan tersebut diantaranya kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Aceh, Inderapura, Demak, Banten, Gowa, Ternate, Tidore, dan lain sebagainya. Orang-orang arab yang datang merupakan pedagang, Musafir dan orang-orang yang ingin belajar agama.Pedagang dan musafir-musafir Arab membuat permukiman-permukiman pada setiap kota-kota dagang. Kerajaan Islam juga mengembangkan penyiaran agama Islam ke wilayah-wilayah lainnya di Nusantara pada waktu itu. Kerajaan-kerajaan Islam di nusantara juga menjadi pusat studi dan pertemuan para ulama. Banyak sekali tokoh dan para ahli dari berbagai disiplin pengetahuan yang datang dari luar seperti dari Persia untuk membantu kerajaan Islam di nusantara, sehingga sistem dan organisasi pemerintahan di kerajaan-kerajaan tersebut memakai konsep pemerintahan Islam.
Diplomasi melalui hubungan pernikahan juga diterapkan kerajaan Islam seperti samudera Pasa. Dapat disebutkan di sini misalnya, perkawinan antara putri-putri dari Kerajaan Perlak dengan sulthan-sulthan Kerajaan Samudera Pasai. Selain itu juga Raja Malaka yang pertama Parameswara setelah memeluk agama Islam telah mempersunting puteri Kerajaan Pasai sebagai isterinya. Dan dengan adanya perkawinan ini telah meningkatkan pula hubungan perdagangan antara Malaka dengan Kerajaan Samudera Pasai. Juga pada masa kejayaan kerajaan ini seorang ulama Pasai yang bernama Fatahillah, telah melakukan dakwah Islam sampai ke Pulau Jawa


Referensi

No comments:

Post a Comment