Pendahuluan
Tugas ini merupakan summary dari buku perbandingan system politik
karangan Mohtar mas’oed dan colin Mac Andrews. Summary ini menceritakan tentang
system politik beserta perbandingan nya, tetapi summary ini lebih menekankan
kepada bab pertama dari buku ini yang menceritakan tentang teori system politik.
Pembahasan
Sistem
adalah kesatuan dari seperangkat struktur yang memiliki fungsi masing-masing
yang bekerja untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem politik adalah kesatuan
dari seperangkat struktur politik yang memiliki fungsi masing-masing yang
bekerja untk mencapai tujuan suatu negara.
Pendekatan sistem politik ditujukan untuk
memberi penjelasan yang bersifat ilmiah terhadap fenomena politik. Pendekatan
sistem politik dimaksudkan juga untuk menggantikan pendekatan klasik ilmu
politik yang hanya mengandalkan analisis pada negara dan kekuasaan. Pendekatan
sistem politik diinspirasikan oleh sistem yang berjalan pada makhluk hidup
(dari disiplin biologi).
Dalam pendekatan sistem politik,
masyarakat adalah konsep induk oleh sebab sistem politik hanya merupakan salah
satu dari sistem-sistem lain yang ada di masyarakat seperti sistem ekonomi,
sistem sosial dan budaya, sistem kepercayaan dan lain sebagainya. Sistem
politik sendiri merupakan abstraksi (realitas yang diangkat ke alam konsep)
dari kondisi real kondisi perpolitikan di suatu masyarakat.
Seperti telah dijelaskan, suatu masyarakat
tidak hanya terdiri atas satu sistem (misalnya sistem politik saja), melainkan
terdiri atas multi sistem. Sistem yang biasanya dipelajari kinerjanya adalah
sistem politik, sistem ekonomi, sistem agama, sistem sosial, atau sistem
budaya-psikologi. Dari aneka jenis sistem yang berbeda tersebut, ada persamaan
maupun perbedaan. Perbedaan berlingkup pada dimensi ontologis (hal yang dikaji)
sementara persamaan berlingkup pada variabel-variabel (konsep yang diukur) yang
biasanya sama antara satu sistem dengan lainnya.
Untuk memahami sistem politik Indonesia,
layaknya kita memahami sistem-sistem lain, maka harus kita ketahui beberapa
variabel kunci. Variabel-variabel kunci dalam memahami sebuah sistem adalah
adalah struktur, fungsi, aktor, nilai, norma, tujuan, input, output, respon,
dan umpan balik. Variabel-variabel ini adalah sama antara satu sistem dengan
sistem lain dengan perbedaan hanya pada dimensi ontologisnya.
The
Political System, Easton menyatakan 4 asumsi mengenai perlunya suatu bangunan
pemikiran yang bersifat umum dalam mengkaji suatu sistem politik. Rincian dari
asumsi Easton adalah berikut :
- Asumsi
1
Ilmu pengetahuan memerlukan suatu konstruksi yang sistematis untuk mensistematisasikan fakta-fakta yang ditemukan. - Asumsi
2
Para pengkaji kehidupan politik harus memandang sistem politik sebagai keseluruhan, bukan parsial. - Asumsi
3
Riset sistem politik terdiri atas dua jenis data: data psikologis dan data situasional. Data psikologis terdiri atas karakteristik personal serta motivasi para partisipan politik. Data situasional terdiri atas semua aktivitas yang muncul akibat pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan ini muncul dari lingkungan fisik (topografi, geografis), lingkungan organis nonmanusia (flora, fauna), dan lingkungan sosial (rakyat, aksi dan reaksinya). - Asumsi
4
Sistem politik harus dianggap berada dalam suatu disequilibrium (ketidakseimbangan).
Dengan
keempat asumsi di atas, Easton paling tidak ingin membangun suatu penjelasan
atas sistem politik yang jelas tahapan-tahapannya. Konsep-konsep apa saja yang
harus dikaji dalam upaya menjelaskan fenomena sistem politik, lembaga-lembaga
apa saja yang memang memiliki kewenangan untuk pengalokasian nilai di tengah
masyarakat, merupakan pertanyaan-pertanyaan dasar dari kerangka pikir ini.
Selain itu,
untuk menghasilkan gambaran yang menyeluruh dan padu (komprehensif), sistem
politik tidak dapat dikaji secara parsial. Misalnya kita hanya mengkaji lembaga
legislatif saja tanpa mengkaitkannya dengan peran lembaga eksekutif dalam
melakulkan impelementasi perundang-undangan. Selain itu, Easton juga menegaskan
bahwa kajian atas sistem politik harus mempertimbangan aneka pengaruh dari
lingkungan. Pengaruh kondisi psikologis masyarakat, pola geografis wilayah
negara, ataupun situasi yang berkembang pada level internasional harus
diperhatikan pengaruhnya terhadap suatu sistem politik. Dengan kata lain,
kajian atas sistem politik tidak boleh bersifat ahistoris.
terakhir,
para peneliti sistem politik harus selalu menganggap sebuah sistem politik
berlangsung di dalam suatu ketidakseimbangan (disequilibrium). Justru di dalam
ketidakseimbangan tersebut, alur kerja sistem politik mempunyai daya dorong.
Jika tidak ada persoalan ataupun kebutuhan, maka untuk apa sistem politik itu ada
dan bekerja.
Setelah
mengajukan 4 asumsi perlunya suatu teori politik yang menyeluruh (dalam hal ini
teori sistem politik), Easton juga menggariskan 4 atribut yang perlu
diperhatikan dalam mengkaji sistem politik. Keempat atribut tersebut adalah :
1. Unit-unit dan batasan-batasan suatu sistem politik
Di dalam
kerangka kerja suatu sistem politik, terdapat unit-unit yang satu sama lain
saling berkaitan dan saling bekerja sama untuk mengerakkan roda kerja sistem
politik. Unit-unit ini adalah lembaga-lembaga yang sifatnya otoritatif untuk
menjalankan sistem politik seperti legislatif, eksekutif, yudikatif, partai
politik, lembaga masyarakat sipil, dan sejenisnya. Unit-unit ini bekerja di
dalam batasan sistem politik, misalnya cakupan wilayah negara atau hukum,
wilayah tugas, dan sebagainya.
2.
Input-output
Input
merupakan masukan dari masyarakat ke dalam sistem politik. Input yang masuk
dari masyarakat ke dalam sistem politik berupa tuntutan dan dukungan. Tuntutan
secara sederhana dijelaskan sebagai seperangkat kepentingan yang belum
dialokasikan secara merata oleh sistem politik kepada sekelompok masyarakat
yang ada di dalam cakupan sistem politik. Di sisi lain, dukungan merupakan
upaya dari masyarakat untuk mendukung keberadaan sistem politik agar terus
berjalan. Output adalah hasil kerja sistem politik yang berasal baik dari
tuntutan maupun dukungan masyarakat. Output terbagi dua yaitu keputusan dan
tindakan yang biasanya dilakukan oleh pemerintah. Keputusan adalah pemilihan
satu atau beberapa pilihan tindakan sesuai tuntutan atau dukungan yang masuk.
Sementara itu, tindakan adalah implementari konkrit pemerintah atas keputusan
yang dibuat.
3.
Diferensiasi dalam system
Sistem yang
baik haruslah memiliki diferensiasi (pembedaan/pemisahan) kerja. Di masa modern
adalah tidak mungkin satu lembaga dapat menyelesaikan seluruh masalah. Misalkan
saja dalam pembuatan undang-undang pemilihan umum di Indonesia, tidak bisa
cukup Komisi Pemilihan Umum saja yang merancang kemudian mengesahkan. DPR, KPU,
lembaga kepresidenan, partai politik dan masyarakat umum dilibatkan dalam
pembuatan undang-undangnya. Meskipun bertujuan sama yaitu memproduksi
undang-undang partai politik, lembaga-lembaga tersebut memiliki perbedaan di
dalam fungsi pekerjaannya.
4. Integrasi dalam system
4. Integrasi dalam system
Meskipun
dikehendaki agar memiliki diferensiasi (pembedaan atau pemisahan), suatu sistem
tetap harus memperhatikan aspek integrasi. Integrasi adalah keterpaduan kerja
antar unit yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama. Undang-undang Pemilihan
Umum tidak akan diputuskan serta ditindaklanjuti jika tidak ada kerja yang
terintegrasi antara DPR, Kepresidenan, KPU, Partai Politik dan elemen-elemen
masyarakat.
SOSIALISASI,
KEBUDAYAAN DAN PARTISIPASI POLITIK
SOSIALISASI
POLITIK
Ahli-ahli ilmu sosial menggunakan
istilah sosialisasi untuk menunjukkan
cara bagaimana anak-anak diperkenalkan pada nilai-nilai dan sikap-sikap yang
dianut masyarakat ereka, serta bagaimana mereka mempelajari peranan-peranan
yang diharap akan mereka alankan kelak bila sudah dewasa. Sosialisasi politik adalah bagian dari proses sosialisasiyang
khusus membentuk nilai-nilai politik, yang menunjukkan bagaimana seharusnya
masing-masing anggota masyarakat berpartisipasi dalam sistem politiknya.
Ada dua hal yang harus diperhatikan
mengenai proses sosialisasi politik ini. Pertama, sosialisasi itu berjalan
terus-menerus selama hidup seseorang. Sikap-sikap yang terbentuk selama masa
kanak-kanak selalu disesuaikan atau diperkuat sementara ia menjalani berbagai
pengalaman sosial. Kedua, sosialisasi politik dapat berbentuk transmisi dan pengajaran
yang langsung maupun tak-langsung. Sosialisasi bersifat langsung kalau
melibatkan komunikasi informasi, nilai-nilai atau perasaan-perasaan mengenai
politik secara eksplisit. Sosialisasi politik tak-langsung terutama sangat kuat
berlangsung dimasa kanak-kanak sejalan dengan berkembangnya sikap penurut atau
sikap membangkang terhadap orang tua, guru dan teman, yaitu sikap-sikap yang
cenderung mempengaruhi sikapnya dimasa dewasa terhadap pemimpin-pemimpin
politiknya dan terhadap sesama warganegara.
Sosialisasi dijalankan melalui
bermacam-macam lembaga. Diantaranya adalah, Keluarga,sekolah, kelompok
pergulan, pekerjaan, media massa, dan kontak-kontak politik langsung.
IDENTIFIKASI
POLITIK (POLITICAL SELF)
Beberapa gejala umum dalam
perkembangan identifikasi politik itu jelas kelihatan didalam negara-negara
demokratik industrial:
1. Partisipasi
cenderung meningkat selama awal masa dewasa, mencapai puncaknya pada umur empat
puluh atau lima puluh tahun, yaitu ketika tanggung jawab keluarga dan mayarakat
berada dalam tarif paling besar.
2. Keterkaitan
baru pada politik selalu berkembang, walaupun biasanya dibatasi oleh
orientasi-orientasi yang tumbuh kuat sejak masa kanak-kanak.
3. Bahkan
ikatan-ikatan dan identifikasi-identifikasi dasar pun kadang-kadang berubah pada
masa dewasa.
KEBUDAYAAN
POLITIK
Berdasarkan sikap, nilai-nilai,
informasi dan kecakapan politik yang dimiliki kita dapat menggolongkan
orientasi-orientasi arganegara terhadap kehidupan politik dan pemerintahan
negaranya; atau dengan kata lain, kita bisa menggolongkan kebudayaan
politiknya.orang-orang yang melibatkan diri dalam kegiatan politik, paling
tidak dalam kegiatan pemberian suara, dan memperoleh informasi cukup banyak
tentan kehidupan politik kita sebut berbudaya politik partisipan. Orang-orang yang secara pasif patuhpada pejabat-pejabat
pemerintahan dan undang0undang, tetapi tidak melibatkan diri dalam politik
ataupun memberikan suara dalam pemilihan, kita sebut berbudaya politik subyek. Golongan ketiga adalah
orang-orang yang sama sekali tidak menyadariatau mengabaikan adanya
pemerintahan dan politik. Orang-orang dari golongan ini disebut berbudaya
politik parokial.
PARTISIPASI
POLITIK
Kecenderungan ke arah partisipasi
rakyat yang lebih luas dalam politik bermula pada masa Renaissance dan
Reformasi abad ke-15 sampai abad ke-17 dan abad 18 dan 19. Tetapi cara
bagaimana berbagai golongan masyarakat – pedagang, tukang, orang-orang
profesional, buruh kota, wiraswasta industri, petani desa dan sebagainya –
menuntut hak mereka untuk berpartisipasi lebih luas dalam pembuatan keputusan
politik sangat berbeda diberbagai negara. Menurut Myron Weiner setidaknya ada
lima hal yang menyebabkan timbulnya gerakan kearah partisipasi lebih luas dalam
proses politik ini:
1. Modernisasi.
2. Perubahan-perubahan
Struktur Kelas Sosial.
3. Pengaruh
Kaum Intelektual dan Komunikasi Massa Modern.
4. Konflik
diantara Kelompok-kelompok Pemimpin Politik.
5. Keterlibatan
Pemerintah yang Meluas dalam Urusan Sosial, Ekonomi dan Kebudayaan.
BENTUK-BENTUK
PARTISIPASI POLITIK
1. Pemberian
suara (voting)
Pemberian
suara merupakan bentuk partisipasi politik aktif yang paling luas tersebar.
Dewasa ini pemberian suara terdapat dihampir semua sistem politik, baik yang
demokratik maupun yang otoriter.
2. Bentuk-bentuk
Partisipasi Konvensional Lain
Meskipun
pemberian suara merupakan bentuk aktivitas politik yang paling umum dihampir
semua sistem politik, bentuk-bentuk partisipasi lain juga dujalankan oleh
sejumlah kecil warganegara dalam sistem politik otoriter maupun demokratik, dan
dalam hampir semua kebudayaan politik.
3. Demonstrasi,
Protes dan Tindak Kekerasan
Tindak
kekerasan yang lebih umum adalah kudeta, dimana sekelompok kecil kospirator,
biasanya dari kalangan militer, menggulingkan pemerintah serta menggantinya
dengan suatu kelompok penguasa baru atau bahkan mungkin menciptakan rezim baru.
4. Perbedaan
Tindakan Kekerasan Politik di Berbagai Negara
Kebanyakan
tindak kekerasan tahun 1960-an di
Amerika berasal dari rakyat kulit hitam yang menuntut persamaan politik dan
sosial, atau dari rakyat kulit putih yang menentang integrasi itu.
REKRUTMEN ELITE POLITIK
Setiap sistem politik mempunyai prosedur-prosedur untuk
rekrutmen atau seleksi, pejabat-pejabat administrasi dan politik. Dinegara
demokratis, jabatan-jabatan politik dan administratif itu secara resmi terbuka
bagi setiap calon yang berbakat. Tetapi calon-calon dalam jabatan politik,
seperti halnya partisipan politik, cenderung berasal dari orang-orang mempunyai
latar belakang kelas menengah atau kelas atas, dan orang-orang kelas rendah
yang berhasil memperoleh pendidikan. Ini terjad karena pemimpin-pemimpin
poli.tik dan pemerintahan, terutama dalam masyarakat yang teknologis maju dan
modern, membutuhkan pengetahuan dan kecakapan yang sulit diperoleh dengan cara
lain diluar pendidikan dan latihan.
KELOMPOK
KEPENTINGAN DAN PARTAI POLITIK
1. KELOMPOK
KEPENTINGAN DAN ARTIKULASI KEPENTINGAN
Keputusan-keputusan
yang dibuat oleh pemerintah bisa menolong maupun menyulitkan masyarakat:
memungut pajak dari beberapa penduduk tetapi tidak dari yang lain: memberi
subsidi kepada beberapa penduduk tetapi tidak pada yang lain: menerima pegawai
baru dan memecat yang lain ; memberikan pelayanan kesehatan, pandidikan dan
bantuan-bantuan lain yang menguntungkan beberapa kelompok warganegara tetapi
tidak bagi yang lain, dan sebagainya. Pendeknya,
kepentingan rakyat – kebutuhan, keinginan, nilai-nilai dan harapan mereka –
bisa dipenuhi tetapi juga bisa dikecewakan oleh tindakan-tindakan yang
dilakukan pemerintah.
JENIS-JENIS
KELOMPOK KEPENTINGAN
Kelompok-kelompok kepentingan
berbeda-beda antara lain dalam hal struktur, gaya, sumber pembiayaan dan basis
dukungannya; dan perbedaan-perbedaan ini sangat mempengaruhi kehidupan politik,
ekonomi, dan sosial suatu bangsa. Walaupun kelompok-kelompok kepentingan juga
diorganisir berdasar keanggotaan, kesukuan, ras, etnis, agama atau pun
berdasarkan issue-issue kebijaksanaan, kelompok-kelompok kepeentingan yang
paling kuat, paling besar, dan secara finansial paling mampu adalah kelompok
yang berdasar pada bidang pekerjaan atau profesi, terutama karenaa kehidupan
sehari-hari dan karier seseoranglah yang paling cepat dan paling langsung
dipengaruhi oleh kebijaksanaan atau tindakan pemerintah.
1. Kelompok
Anomik
Kelompok-kelompok
anomik ini terbentuk diantara unsur-unsur dalam masyarakat secara spontandan
hanya seketika, dan karena idakmamiliki nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur,
kelompok ini seringbertumpang-tindih dengan bentuk-bentuk partisipasi politik
non-konvensional.
2. Kelompok
Non-Assosiasional
Seperti
kelompok anomik, kelompok kepentingan non-asosional ini jarang yang
terorganisir rapi dan kegiatannya bersifat kadang kala. Ini mungkin berujud
kelompok-kelompok keluarga dan keturunan atau etnik, regional status dan kelas
yang menyatakan kepentingan secar kadang kala melalui individu-individu,
klik-klik, kepala keluarga atau pemimpin agama.
3. Kelmpok
Institusional
Kelompok
ini bersifat formal dan memiliki fungsi-fungsi politik atau sosial lain
isamping artikulasi kepentingan. Organisai-oranisasi seperti partai politik,
korporasi bisnis, badan legislatif, militer, birokrasi, dan gereja seringkali
mendukung keompok kepentingan institusional atau memiliki anggota-anggota yang
khusus bertanggung jawab melakukan kegiatan lobbying.
4. Kelompok
Assosiasional
Kelompok
ini meliputi serikat buruh, kamar dagang atau perkumpulan usahawan dan
industrialis, penguyuban etnik, persatuan-persatuan yang diorganisir oleh
kelompok-kelompok agama dan sebagainya.
MENCAPAI KAUM BERPENGARUH
Supaya efektif, kelompok kepentingan harus mampu
mencapai, atau berhubungan langsung dengan para pembuat keputusan poliltik
utama. Kelompok kepeningan bisa saja menyatajan kepentingan anggotanya secara
informal maupun formal, tetapi tanpa mampu menyusupi atau mempengaruhi struktur
pembuatan keputusan politik dia tidak akan berhasil. Kelompok-kelompok itu
memiliki taktik-taktik yang berbeda untuk mencapai kaum berpengaruh, dan cara
mereka mengorganisir pengaruh berbeda-beda dimasing-masing sistem politik.
Demonstrasi dan
Tindakan Kekerasan
Satu sarana untuk menyatakan tuntutan adalah melalui
demonstrasi dan tindak kekerasan fisik. Seperti telah disbut dimuka, kreusuhan, demonstrasi dan pembunhan
merupakan ciri khas kelompok kepentingananomik, tetapi sering juga kelompok
kepentingan lain menggunakan sarana ini. Karena itu perlu dibedakan antara 1)
tindakan kekerasan spontan oleh kelompok kepentingan anomik, dengan 2) tindak
kekerasan dan demonstrasi sebagai sara menyatukan tuntutan yang bisa dipakai
oleh setiap kelompok kepentingan.
Hubungan Pribadi
Sarana kedua untuk mencapai elite politik adalah melalui
hubungan pribadi – misalnya dengan mengunakan keluarga, sekolah,
hubungan-hubungan kedaerahan atau yang lain, sebagai perantara. Walaupun
hubungan pribadi ini umumnya dipergunakan oleh kelompok non-assosiasional yang
mewakili kepentingan keluargaatau regional, tetapi sering juga digunakan oleh
kelompok kepentingan lain.
Perwakilan
Langsung
Perwakilan atau representasi langsung dalam badan
legislatif dan birokrasi memungkinkan suatu kelompok kepentingan untuk
mengkomunikasikan sacara langsung dan kontinyu kepentingan-kepentingannya
malalui seorang anggota aktif dalam struktur pembuat keputusan.
Saluran Formal dan
Institusional Lain
Selain saluran tersebut kita harus memperhatikan juga
berbagai saluran-saluran formal dan institusional yang ada dalam sistem politik
modern. Salah satunya adalah media massa, dalam masyarakat ynag terbuka media
massa ini merupakan panyalur utama tuntutan politik dan sarana mancapai pembuat
keputusan. Saluran institusional yang kedua adalah partai politik dan yang
ketiga adalah badan legislatif, kabinet dan birokrasi.
Metode Mana?
Diberbagai sistem politik, sasaran kelompok kepentingan
nampaknya berpindak ke birokrasi. Perluasan kegiatan pemerintah, penyebarluasan
kekuasaan pemerintah dan pendelegasian pembuatan peraturan kepada staff pamong
praja merupakan perkembangan-perkembangan yang mendorong kelompok kepentingan
untuk memusatkan usahanya pada pembentukan kerjasama dengan birokrasi.
EFEKTIVITAS KELOMPOK
KEPENTINGAN
Otnomi dan kebebasan kelompok kepentingan juga merupakan
faktor penting yang mempengaruhi efektivitasnya. Biasanya, kelompok-kelompok
ini cenderung berfungsi mengerahkan dukungan untuk partai politik atau
lembaga-lembaga sosial yang mendominasinya. Kurangnya otonomi ini dapat
menimbulkan akibat serius bagi proses politik. Tidak adanya kebebasan bagi
kelompok kepentingan untuk menyatakan kepentingannya bisa berakibat munculnya
ledakan tindakan kekerasan dikalangan masyarakat.
II. PARTAI POLITIK DAN SISTEM KEPARTAIAN
Partai-partai politik yang teroganisir timbul
pada akhir abad ke 18 dan abad ke 19 di Eropa Barat, sebagai buah dari usaha
kelompok-kelompok di luar lingkungan kekuasaan politik untuk bersaing
memperebutkan jabatan pemerintahan dan mengendalikan kebijaksanaan
pemerintahan. Ketika gerakan-gerakan
kelas menengah dan kelas buruh ini mulai mendesak kelas-kelas atas dan aristokrat demi partisipasi dalam
pembuatan keputusan, kelompok-kelompok yang menjalankan pemerintahan terpaksa
mencari dukungan publik dalam rangka mempertahankan pengaruh dominan mereka.
Dengan demikian partai-partai politik itu merupakan penghubung antara rakyat
dengan pemerintahan dan di dunia modern, sifat-sifat dari sistem kepartaian
suatu negara menentukan sifat dari hubungan ini.
Lebih dari tiga perempat bangsa-bangsa merdeka
yang ada sekarang ini memiliki satu atau beberapa partai politik. Pada akhir
tahun 1960-an hany 31 negara yangtidak berpartai politik. Negara-negara tidak
berpartai itu, yang terutama terdapat di timur tengah, Asia Selatan dan
Tenggara dan Afrika Sub-Sahara, terdiri dari dua jenis: pertama, yang dikuasai
oleh rejim-rejim dinasti tradisional seperti negra-negara kecil di Teluk Persia
atau kerajaan-kerajaaan seperti Iran, Arab Saudi, dan Ethtiopia: kedua, yang
dikuasai oleh rejim-rejim militer seperti Yunani dan Thailand dimana partai
politik ditindas.
BASIS SOSIAL DAN TUJUAN PARTAI POLITIK
Sifat-sifat partai politik saling berbeda
besar satu sama lain. Gambaran singkat berikut ini akan variasasi itu.
Partai
Sosial Demokrat Jerman Barat adalah partaii sosialis moderat yang didukung oleh
serikat-serikat buruh. Pemilih dan anggotanya kebanyakan memang dari kelas
buruh, tetapi ada juga yang berasal dari kalangan profesional, intelektual
kecil, yang cenderung pada kepentingan petani kecil dan pemilik toko kecil.
Parat
Reformasi Politik Kalivinis dari Nederland merupakan gerakan politik
konservatif juga, tetapi konsrvatifismrnya sangat reliius. Ia berpendapat bahwa
bangsa Belanda secara moral telah teledoran karena itu harus kembali pada
keimanan Kalvinis.
Gambaran
singkat tentang berbagai partai politik itu menunjukkan adanya kesamaan dan
perbedaannaya. Semua partai itu ikut aktif dalam pemilihan umum dan memiliki
kursi di badan legislatif. Tetapi mereka berbeda basis pembentukan partai
Sosial Demokrat Jerman dan Partai Petani Swiss. Perbedaan etnik merupakan basis
pembentukan Partai Kalvinis di Nederland. Disamping basis sosialnya, partai
politik juga dapat dibedakan berdasarkan tujuannya.
FUNGSI-FUNGSI PARTAI POLITIK
Kegiatan yang dilaksanakan oleh partai politik
bergantung pada kelompok-kelompok yang terdapat didalammya dan tujuan-tujuannya
yang dikejar. Setiap partai-partai
memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Sosialisasi Politik
Setiap masyarakat mempunyai cara-cara untuk
men-sosialisasikan penduduknya kedalam kehidupan politik. Tetapi peranan yang dimainkan partai politik
dalam proses ini sangat berbeda-beda. Di Uni Soviet, PKUS dan Keluarga dan
Kelompok-kelompok etnik, pekerjaaan dan keagaaman tidak dilibatkan dalam proses
sosialisasi politik itu. Dan antara lain karena inilah maka banyak timbul
penentangan dikalangan seniman, penulis, ilmuwan, petani, Yahudi, dan minoritas lain di Uni Soviet.
Partai
Konservatif Inggris juga memiliki fungsi sosialisasi politik, tetapi terbatas
dan harus bersaing dengan partai buruh dan partai Liberal. Di Inggris partai
hanyalah salah satu saja dari banyak lembaga-lembaga dalam masyarakat Inggris
yang secara terbuka dan sah bersaing menjalankan proses sosialisasi itu. Dan
keluarga Inggris jauh lebih penting dan
otonom dalam proses sosialisasi dari pada kemuarga Soviet.
Partisipasi Politik
Mobilisasi warga negara ke dalam kehidupan dan
kegiatan politik mrupakan fungsi khas dari parati politik. Di Jerman modern
partai politik dibentuk ketika semakin banyak jumlah rakyat yang dibei hak
pilih dan ketika kelompok masyarakat menuntut bahwa mereka harus diberi hak
untuk memberi suara dan untuk bersaing memperebutkan suatu jabatan pemerintahan.
PKUS mendominasi seluruh partisipasi politik di dalam kerangka pemilihan yang
mendominasinya. Setiap betuk pertisapasi massa yang lain dilarang oleh
konstitusi dan ditindas oleh polisi dan organisasi partai. Partai konservatif
Inggris harus bersaing harus bersaing
dengan partai-partai lain dalam
memobilisasi massa pilih.
Rekrutmen Politik
Partai-partai juga berbeda dalam hal pola
rekrutmen warganya ke dalam peran-peran khusus. PKUS secara langsung memilih
dan menunjukan pejabat-pejabat politik dan pemerintahan atau mengawasi secra
kett menunjukkan dan pekerjaan mereka. Isuue utama dalam kehidupan politik Soviet adalah keharusan akan
kesetiaan pada partai sebagai kualifikasi untuk menduduki setiap jabatan dalam
masyarakat Soviet.
Komunikasi Politik
Fungsi lain yang dijalankan oleh partai
poltik, bersama dengan struktur lain, adalah komunikasi informasi, issue, dan
gagasan politik. Di Uni Soviet pers, radio, televisi dan bahkan komunikasi
tatap muka langsung umunya didominasi oleh PKUS.
Walaupun segi kehidupan politik ini sudah
dibebaskan sejak kematian Stalin, tetapi masih terlalu banyak mengandung resiko
bagi orang Rusia untuk saling berkomunikasi satu sama lain mengenai masalah
politik, dan di Uni Soviet sebagian besar masalah-masalah kemasyarakatanbyang
penting didefinisikan sebagai masalah politik.
Artikulasi Kepentingan
Ketiga
partai politik yang diatas tadi saling berbeda besar dalam bagaimana merek
menjalankan fungsi membuat dan menyampaikan tuntutan-tuntutan pada pemerintahan
ini. Di Uni Soviet, semua perkumpulan atau kelompok kepentingan yang ingin
mengartiulasikan kepentingannya harus melalui kerangka PKUS. Di Inggris partai
Konservatif harus bersaing dengan partai Buruh dan Liberal dalam memperoleh
kesetiaan dan dukungan dari berbagai kelompok kepentingan dan masyarkatnya.
Yang membedakan pola Inggis dari pola Uni Soviet adalah bahwa Ingris sistem
kelompok kepentingan assosiasional bersifat otonom, dan bahwa partai-partai
harus bersaing untuk memperoleh dukungan kelompok-kelompok itu.
Agregasi Kepentingan
Agregasi kepentingan merupakan cara bagaimana
tuntutan-tuntutan yang dilancarkan oleh kelompok-kelompok yang berbeda
diabungkan menjadi alternatif kebijaksanaan pemerintahan. Dalam
masayarakat-masyarakat demokrastik, partai merumuskan program politik dan
menyampaikan usul-usul pada badan legislatif, dan calon–calon yang diajukan
untuk jabatan-jabatan pemerintahan mengadakan tawar-menawar dengan
kelompok-kelompok kepentingan dengan menawarkan pemenuhan kepentingan mereka
kalau kelompok kepentingan itu mau mendukung calon tersebut.
Pembuatan Kebijaksanaan
Penetapan
kebijaksanaan pemerintahan Uni Soviet didominasi oleh eselon-eselon puncak
PKUS, khususnya dalam Politbiro. Menteri-menteri dan birokrasi di negeri itu
hanya merupakan badan badan pelaksana, atau paling banteer pengaju-usul
kebijaksanaan pemerintahan. Parlemennya, yang bernama Soviet, hanya berfungsi
sebagai pengesah keputusan –keputusan yang telah dibuat partai.
Di
Inggris, Partai Konservatif terlibat dalam pembuatan kebijaksaan pemerintahan
sebagai pemerintah bila ia menguasai mayoritas di House of Commons, dan sebagai
pengkritik kebijaksanaan pemerintah bila berada di luar pemerintahan sebagai
partai opososisi. Disamping itu, birokrat tingkat tinggi juga memgang peranan
penting dalam pembuatan kebijaksanaan.
ORGANISASI PARTAI POLITIK
Sebelum
partai politik dapat menarik minat kelompok-kelompok kepentingan, menerapakan
tujuan-tujuan dan melaksanakan berbagai kegiatan. Ia harus diorganisir dalam
bidang-bidang pembagian kerja yang khusus. PKUS dan Partai konservatif Inggris kita pakai sebagai contoh tentang
aneka ragam organisasi partai, tetapi harus diingat bahwa selain kedua jenis
partai ini masih ada jenis-senis partai politik lain. Partai-partai Komunis
merupakan partai yang paling rapi teroganisir, terpusat dan berdiferensiasi
dibanding dengan partai-partai yang ada didunia sekarang ini.
Sentralisasi struktur partai, Kosentrasi
kekuasaannya cara menghubungkan unit-unitnya, dan kriteria keanggotaanya
merupakan faktor-faktor yang membedakan partai-partai politik. Suatu partai
revolusioner cenderung untuk memiliki kriteria keanggotaan yang jelas dan
mengharuskan keutuhan dan kesetiaan dari anggota-anggotanya. Disamping itu, pengorganisasian suatu partai
demokratik cenderung kurang desentralisir dan suatu pemisahaan kekuasaan antara
eksekutif dan legislatif cenderung menghasilkan kekuasaan partai yang tersebar
dan tidak terkosentrasi.
JENIS-JENIS SISTEM KEPARTAIAN
Kurang lebih sepertiga bangsa-bangsa di dunia
ini memiliki sistem satu-partai dan kurang lebih-dua perlimanya memiliki sistem
banyak partai. Sitstem satu partai bisa
dibagi tiga kelompok besar: 1. kelompok partai Komunis, yang menindas oposisi
dan melakukan penetrasi terhadap
masyarakat untuk merubah masyarakat itu; 2. partai konservatif atau
fasis, yang menindas gerakan-gerakan liberal dan radikal, tetapi mengijinkan
kepentingan-kepentingan dunia usaha, gereja dan pemilik tanah yang konservatif
untuk ikut berpengaruh; 3. kelompok partai bangsa baru, yang sedang berusaha
untuk menciptakan suatu bangsa atau untuk mencegah agar bangsanya tidak
terpecah-pecah. PKUS merupakan contok
dari kelompok pertama, sedang UNAT merupakan contoh dari kelompok ketiga dan
partai NAZI Jerman dan Fasis Italia sebelum perang dunia ke II merupakan contoh
dari kelompok kedua.
Sentralisasi
, kosentrasi kekuasaan, dan kemampuan penetrasi dari suatu sistem satu partai
merupakan suatu ukuran kasar dari kemampuannya untuk merubah ekonomi,
masyarakat, dan kebudayaannya. Umumya, sistem satu partai bisa membantu
kelompok-kelompok yang berkuasa dan elite-elitenya dalam mencapai tujuannya
dengan mendominasi dan memanipulasi rakyatnya.
MAKNA
PERBEDAAN SISTEM KEPARTAIAN
Sistem kepartaian dari suatu negara merupakan
faktor penting yang menentukan apa yan dikerjakan oleh pemerintahannya terhadap
dan untukn rakyatnya. Faktor-faktor yang paling menarik bagi kita tentang
pemerintahan dan politik yaitu stabilitas, revolusi, kebebasan, persamaan, dan
keadilan sangat dipengaruhi oleh paratai politik. Suatu sistem satu partai yang
radikal memberikan sejumlah besar kekuasaan kepada sejumlah kecil pemimpin
partai untuk merubah masyarakat dan serta kebudayaannya, dan memberi hukuman
kepada rakyat yang menentang dan memberi hukuman kepada rakyat yang menentang
dan memberi ganjaran kepada yang mendukung tujuan tujuan itu.
STUDI PERBANDINGAN ELITE POLITIK
TEORI-TEORI KLASIK TENTANG ELITE
Bahwa jumlah penguasa selalu lebih
sedikit dibanding dengan yang dikuasai merupakan jawaban awal terhadap
pertanyaan pokok kita itu. Sejak awalnya perdebatan antara kaum elitis dan
penentangnya telah diliputi oleh kekacauan di antara apa yang sebenarnya. Apa
yang mungkin dan apa yang seharusnya terjadi
kaum Moderat liberal menyatakan bahwa kekuasaan seharusnya dibagi merata
dan ini mungkin untuk dilakukan. Dalam menjawab ini kaum elitis menyatakan
bahwa bukan saja karena kenyataannya kekuasaan ini dimonopoli oleh sekelompok
orang kecil. Jadi secara ideologis kaum elitis itu nampak semata-semata sebagai
pembela knservatif dari tertib politik yang sudah mapan. Kaum elitis terkemuka
pada pergantian abad ini selain Mosca adalah Vilfredo Pareto dan Robert
Michels. Azas-azas umum yang sama-sama mereka anut adalah :
1. Kekuasaan Politik. Seperti halnya
barang-barang sosial lainnya didistribusikan dengan tidak merata.
2. Pada hakekatnya, orang hanya dikelompokkan
dalam dua kelompok yaitu mereka yang memiliki kekuasaan politik penting dan
mereka tidak memilikinya.
3. Secara internal, elite itu bersifat honogen,
bersatu dan memiliki kesadaran kelompok.
4. Elite mengatur sendiri kelangsungan hidupnya
dan kenggotaanya berasal dari suatu lapisan masyarakat yang sangat terbatas.
5. Terakhir dan karena keempat hal diatas,
kelompok elite itu pada hakekatnya bersifat otonom, kebal akan gugatan dari
siapa pun di luat kelompoknya mengenai keputusan-keputusan yang dibuatnya.
Inilah potret masyarakat yang dilukiskan oleh
para teoritisi elite klasik: suatu kasta
kepemimpinan yang terisolir dari masyarakat, yang denan lihai mndominasi
massa yang papa.
KONSEP-KONSEP TENTANG “ELITE” DAN “KEKUASAAN”
Kerumitan empirik dari analisis elite sering
ditambahi dengan adanya kecendrungan untuk mengacaukan masalah fakta sebagai
masalah definisi. Misalnya, banyak ahli ilmu sosial mendefinisikan “elite”
dalam artian “tiga-K” itu dan menyebut sekumpulan proposisi-proposisi yang kita
bahas di muka sebagai teori elite politik.
Kita
harus mendefenisikan sasaran penelitian kita dalan artian distribusi kekuasaan,
kita harus memperhatikan kontroversinya konsep kekuasaan itu sendiri. Ada dua
konsepsi berbeda tentang kekuasaan yang dianut dalam ilmu sosial maupun dalan
bahasa awam: 1. kekuasaan sebagai kemamampuan untuk mempengaruhi
individu-individu lain, dan 2. kekuasaan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan kolektif.
Dalam
studi tentang elite politik, yang paling tepat adalah mendifinisikan kekuasaan
dalam artian kekuasaan atas hasil.
Presiden General Motors, Sekretaris Jendral Partai Komunis Uni Soviet,
atau perdana menteri Tanzania, masing-masing menjadi anggota elite politik
bukan karena kemampuaanya untuk memerimtah bawahannya.
STRATIFIKASI POLITIK
Bahwa beberapa orang memiliki lebih banyak
kekuasaan daripada yang sudah merupakan dalil. Dan memang tidak ada sistem
politik nasional yang menunjukkan suatu distribusi kekuasaan yang merata, atau
bahkan mendekati perataan. Apakah ada anggapan bahwa distribusi itu harus
merata, bagi penelitian kita tidak relevan. Yang penting dalam semua sistem politik
yang kita ketahui kenyataannya tidak merataya distribusi itu tidak merata.
Kita dapat memandang sistem-sistem politik
sebagai terdiri dari lapisan-lapisan atau dengan kata lain berstratifikasi
politik. Individu0individu yng
berkedudukan di lapisan paling bawah dalam sistem stratifikasi politik tidak
memiliki hampir semua syarat atau yang diperlukan untuk menerapkan kekuasaan
politik. Sedangkan mereka yang ada di puncak sistem stratifikasi sangat banyak
memiliki syarat atau sarana itu. Korelasi empirik yang mendukung pemikiran
tentang stratifikasi politik ini begitu kuat dan begitu universal sehingga ia
bisa memberikan suatu kunci yang berguna bagi studi politik, yang lebih tepat
bagi studi perbandingan antarbangsa dari pada ,misalnya, perbadingan pemilihan
umum atau badan perwakilan atau partai politik.
II.
PARTAI POLITIK DAN SISTEM KEPARTAIAN
Partai-partai politik yang teroganisir timbul pada akhir abad
ke 18 dan abad ke 19 di Eropa Barat, sebagai buah dari usaha kelompok-kelompok
di luar lingkungan kekuasaan politik untuk bersaing memperebutkan jabatan
pemerintahan dan mengendalikan kebijaksanaan pemerintahan. Ketika
gerakan-gerakan kelas menengah dan kelas buruh ini mulai mendesak
kelas-kelas atas dan aristokrat demi partisipasi dalam pembuatan
keputusan, kelompok-kelompok yang menjalankan pemerintahan terpaksa mencari
dukungan publik dalam rangka mempertahankan pengaruh dominan mereka. Dengan
demikian partai-partai politik itu merupakan penghubung antara rakyat dengan
pemerintahan dan di dunia modern, sifat-sifat dari sistem kepartaian suatu
negara menentukan sifat dari hubungan ini.
Lebih dari tiga perempat bangsa-bangsa merdeka yang ada
sekarang ini memiliki satu atau beberapa partai politik. Pada akhir tahun
1960-an hany 31 negara yangtidak berpartai politik. Negara-negara tidak
berpartai itu, yang terutama terdapat di timur tengah, Asia Selatan dan
Tenggara dan Afrika Sub-Sahara, terdiri dari dua jenis: pertama, yang dikuasai
oleh rejim-rejim dinasti tradisional seperti negra-negara kecil di Teluk Persia
atau kerajaan-kerajaaan seperti Iran, Arab Saudi, dan Ethtiopia: kedua, yang
dikuasai oleh rejim-rejim militer seperti Yunani dan Thailand dimana partai
politik ditindas.
BASIS SOSIAL DAN TUJUAN PARTAI POLITIK
Sifat-sifat partai politik saling berbeda
besar satu sama lain. Gambaran singkat berikut ini akan variasasi itu.
Partai Sosial Demokrat Jerman Barat adalah partaii sosialis moderat yang
didukung oleh serikat-serikat buruh. Pemilih dan anggotanya kebanyakan memang dari
kelas buruh, tetapi ada juga yang berasal dari kalangan profesional,
intelektual kecil, yang cenderung pada kepentingan petani kecil dan pemilik
toko kecil.
Parat Reformasi Politik Kalivinis dari Nederland merupakan gerakan politik
konservatif juga, tetapi konsrvatifismrnya sangat reliius. Ia berpendapat bahwa
bangsa Belanda secara moral telah teledoran karena itu harus kembali pada
keimanan Kalvinis.
Gambaran singkat tentang berbagai partai politik itu menunjukkan adanya kesamaan
dan perbedaannaya. Semua partai itu ikut aktif dalam pemilihan umum dan
memiliki kursi di badan legislatif. Tetapi mereka berbeda basis pembentukan
partai Sosial Demokrat Jerman dan Partai Petani Swiss. Perbedaan etnik
merupakan basis pembentukan Partai Kalvinis di Nederland. Disamping basis
sosialnya, partai politik juga dapat dibedakan berdasarkan tujuannya.
FUNGSI-FUNGSI
PARTAI POLITIK
Kegiatan
yang dilaksanakan oleh partai politik bergantung pada kelompok-kelompok yang
terdapat didalammya dan tujuan-tujuannya yang dikejar. Setiap
partai-partai memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Sosialisasi
Politik
Setiap masyarakat mempunyai cara-cara untuk men-sosialisasikan penduduknya
kedalam kehidupan politik. Tetapi peranan yang dimainkan partai politik
dalam proses ini sangat berbeda-beda. Di Uni Soviet, PKUS dan Keluarga dan
Kelompok-kelompok etnik, pekerjaaan dan keagaaman tidak dilibatkan dalam proses
sosialisasi politik itu. Dan antara lain karena inilah maka banyak timbul
penentangan dikalangan seniman, penulis, ilmuwan, petani, Yahudi, dan
minoritas lain di Uni Soviet.
Partai Konservatif Inggris juga memiliki fungsi sosialisasi politik, tetapi
terbatas dan harus bersaing dengan partai buruh dan partai Liberal. Di Inggris
partai hanyalah salah satu saja dari banyak lembaga-lembaga dalam masyarakat
Inggris yang secara terbuka dan sah bersaing menjalankan proses sosialisasi
itu. Dan keluarga Inggris jauh lebih penting dan otonom dalam proses
sosialisasi dari pada kemuarga Soviet.
Partisipasi
Politik
Mobilisasi warga negara ke dalam kehidupan dan kegiatan politik mrupakan
fungsi khas dari parati politik. Di Jerman modern partai politik dibentuk
ketika semakin banyak jumlah rakyat yang dibei hak pilih dan ketika kelompok
masyarakat menuntut bahwa mereka harus diberi hak untuk memberi suara dan untuk
bersaing memperebutkan suatu jabatan pemerintahan. PKUS mendominasi seluruh
partisipasi politik di dalam kerangka pemilihan yang mendominasinya. Setiap
betuk pertisapasi massa yang lain dilarang oleh konstitusi dan ditindas oleh
polisi dan organisasi partai. Partai konservatif Inggris harus bersaing
harus bersaing dengan partai-partai lain dalam memobilisasi massa pilih.
Rekrutmen
Politik
Partai-partai juga berbeda dalam hal pola rekrutmen warganya ke dalam
peran-peran khusus. PKUS secara langsung memilih dan menunjukan pejabat-pejabat
politik dan pemerintahan atau mengawasi secra kett menunjukkan dan pekerjaan
mereka. Isuue utama dalam kehidupan politik Soviet adalah keharusan akan
kesetiaan pada partai sebagai kualifikasi untuk menduduki setiap jabatan dalam
masyarakat Soviet.
Komunikasi
Politik
Fungsi lain yang dijalankan oleh partai poltik, bersama dengan struktur
lain, adalah komunikasi informasi, issue, dan gagasan politik. Di Uni Soviet
pers, radio, televisi dan bahkan komunikasi tatap muka langsung umunya
didominasi oleh PKUS.
Walaupun
segi kehidupan politik ini sudah dibebaskan sejak kematian Stalin, tetapi masih
terlalu banyak mengandung resiko bagi orang Rusia untuk saling berkomunikasi
satu sama lain mengenai masalah politik, dan di Uni Soviet sebagian besar
masalah-masalah kemasyarakatanbyang penting didefinisikan sebagai masalah
politik.
Artikulasi
Kepentingan
Ketiga partai politik yang diatas tadi saling berbeda besar dalam bagaimana
merek menjalankan fungsi membuat dan menyampaikan tuntutan-tuntutan pada
pemerintahan ini. Di Uni Soviet, semua perkumpulan atau kelompok kepentingan
yang ingin mengartiulasikan kepentingannya harus melalui kerangka PKUS. Di
Inggris partai Konservatif harus bersaing dengan partai Buruh dan Liberal dalam
memperoleh kesetiaan dan dukungan dari berbagai kelompok kepentingan dan
masyarkatnya. Yang membedakan pola Inggis dari pola Uni Soviet adalah bahwa
Ingris sistem kelompok kepentingan assosiasional bersifat otonom, dan bahwa
partai-partai harus bersaing untuk memperoleh dukungan kelompok-kelompok itu.
Agregasi
Kepentingan
Agregasi kepentingan merupakan cara bagaimana tuntutan-tuntutan yang
dilancarkan oleh kelompok-kelompok yang berbeda diabungkan menjadi alternatif
kebijaksanaan pemerintahan. Dalam masayarakat-masyarakat demokrastik, partai
merumuskan program politik dan menyampaikan usul-usul pada badan legislatif,
dan calon–calon yang diajukan untuk jabatan-jabatan pemerintahan mengadakan
tawar-menawar dengan kelompok-kelompok kepentingan dengan menawarkan pemenuhan
kepentingan mereka kalau kelompok kepentingan itu mau mendukung calon tersebut.
Pembuatan
Kebijaksanaan
Penetapan kebijaksanaan pemerintahan Uni Soviet didominasi oleh eselon-eselon
puncak PKUS, khususnya dalam Politbiro. Menteri-menteri dan birokrasi di negeri
itu hanya merupakan badan badan pelaksana, atau paling banteer pengaju-usul
kebijaksanaan pemerintahan. Parlemennya, yang bernama Soviet, hanya berfungsi
sebagai pengesah keputusan –keputusan yang telah dibuat partai.
Di Inggris, Partai Konservatif terlibat dalam pembuatan kebijaksaan
pemerintahan sebagai pemerintah bila ia menguasai mayoritas di House of
Commons, dan sebagai pengkritik kebijaksanaan pemerintah bila berada di luar
pemerintahan sebagai partai opososisi. Disamping itu, birokrat tingkat tinggi
juga memgang peranan penting dalam pembuatan kebijaksanaan.
ORGANISASI
PARTAI POLITIK
Sebelum partai politik dapat menarik minat kelompok-kelompok
kepentingan, menerapakan tujuan-tujuan dan melaksanakan berbagai kegiatan. Ia
harus diorganisir dalam bidang-bidang pembagian kerja yang khusus. PKUS dan
Partai konservatif Inggris kita pakai sebagai contoh tentang aneka ragam
organisasi partai, tetapi harus diingat bahwa selain kedua jenis partai ini
masih ada jenis-senis partai politik lain. Partai-partai Komunis merupakan
partai yang paling rapi teroganisir, terpusat dan berdiferensiasi dibanding
dengan partai-partai yang ada didunia sekarang ini.
Sentralisasi struktur partai, Kosentrasi kekuasaannya cara menghubungkan
unit-unitnya, dan kriteria keanggotaanya merupakan faktor-faktor yang
membedakan partai-partai politik. Suatu partai revolusioner cenderung untuk
memiliki kriteria keanggotaan yang jelas dan mengharuskan keutuhan dan
kesetiaan dari anggota-anggotanya. Disamping itu, pengorganisasian suatu
partai demokratik cenderung kurang desentralisir dan suatu pemisahaan kekuasaan
antara eksekutif dan legislatif cenderung menghasilkan kekuasaan partai yang
tersebar dan tidak terkosentrasi.
JENIS-JENIS
SISTEM KEPARTAIAN
Kurang lebih sepertiga bangsa-bangsa di dunia ini memiliki sistem satu-partai
dan kurang lebih-dua perlimanya memiliki sistem banyak partai. Sitstem
satu partai bisa dibagi tiga kelompok besar: 1. kelompok partai Komunis, yang
menindas oposisi dan melakukan penetrasi terhadap masyarakat untuk
merubah masyarakat itu; 2. partai konservatif atau fasis, yang menindas
gerakan-gerakan liberal dan radikal, tetapi mengijinkan kepentingan-kepentingan
dunia usaha, gereja dan pemilik tanah yang konservatif untuk ikut berpengaruh;
3. kelompok partai bangsa baru, yang sedang berusaha untuk menciptakan suatu
bangsa atau untuk mencegah agar bangsanya tidak terpecah-pecah. PKUS
merupakan contok dari kelompok pertama, sedang UNAT merupakan contoh dari
kelompok ketiga dan partai NAZI Jerman dan Fasis Italia sebelum perang dunia ke
II merupakan contoh dari kelompok kedua.
Sentralisasi , kosentrasi kekuasaan, dan kemampuan penetrasi dari suatu sistem
satu partai merupakan suatu ukuran kasar dari kemampuannya untuk merubah
ekonomi, masyarakat, dan kebudayaannya. Umumya, sistem satu partai bisa
membantu kelompok-kelompok yang berkuasa dan elite-elitenya dalam mencapai
tujuannya dengan mendominasi dan memanipulasi rakyatnya.
MAKNA PERBEDAAN SISTEM KEPARTAIAN
Sistem kepartaian dari suatu negara
merupakan faktor penting yang menentukan apa yan dikerjakan oleh
pemerintahannya terhadap dan untukn rakyatnya. Faktor-faktor yang paling
menarik bagi kita tentang pemerintahan dan politik yaitu stabilitas, revolusi,
kebebasan, persamaan, dan keadilan sangat dipengaruhi oleh paratai politik.
Suatu sistem satu partai yang radikal memberikan sejumlah besar kekuasaan
kepada sejumlah kecil pemimpin partai untuk merubah masyarakat dan serta
kebudayaannya, dan memberi hukuman kepada rakyat yang menentang dan memberi
hukuman kepada rakyat yang menentang dan memberi ganjaran kepada yang mendukung
tujuan tujuan itu.
STUDI
PERBANDINGAN ELITE POLITIK
TEORI-TEORI
KLASIK TENTANG ELITE
Bahwa jumlah penguasa selalu lebih sedikit dibanding dengan yang dikuasai
merupakan jawaban awal terhadap pertanyaan pokok kita itu. Sejak awalnya
perdebatan antara kaum elitis dan penentangnya telah diliputi oleh kekacauan di
antara apa yang sebenarnya. Apa yang mungkin dan apa yang seharusnya
terjadi kaum Moderat liberal menyatakan bahwa kekuasaan seharusnya dibagi
merata dan ini mungkin untuk dilakukan. Dalam menjawab ini kaum elitis
menyatakan bahwa bukan saja karena kenyataannya kekuasaan ini dimonopoli oleh
sekelompok orang kecil. Jadi secara ideologis kaum elitis itu nampak
semata-semata sebagai pembela knservatif dari tertib politik yang sudah mapan.
Kaum elitis terkemuka pada pergantian abad ini selain Mosca adalah Vilfredo
Pareto dan Robert Michels. Azas-azas umum yang sama-sama mereka anut adalah :
1. Kekuasaan Politik. Seperti
halnya barang-barang sosial lainnya didistribusikan dengan tidak merata.
2. Pada hakekatnya, orang hanya
dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu mereka yang memiliki kekuasaan politik
penting dan mereka tidak memilikinya.
3. Secara internal, elite itu
bersifat honogen, bersatu dan memiliki kesadaran kelompok.
4. Elite mengatur sendiri
kelangsungan hidupnya dan kenggotaanya berasal dari suatu lapisan masyarakat
yang sangat terbatas.
5. Terakhir dan karena keempat
hal diatas, kelompok elite itu pada hakekatnya bersifat otonom, kebal akan
gugatan dari siapa pun di luat kelompoknya mengenai keputusan-keputusan yang
dibuatnya.
Inilah
potret masyarakat yang dilukiskan oleh para teoritisi elite klasik: suatu kasta
kepemimpinan yang terisolir dari masyarakat, yang denan lihai mndominasi
massa yang papa.
KONSEP-KONSEP TENTANG “ELITE” DAN “KEKUASAAN”
Kerumitan empirik dari analisis elite sering ditambahi dengan
adanya kecendrungan untuk mengacaukan masalah fakta sebagai masalah definisi.
Misalnya, banyak ahli ilmu sosial mendefinisikan “elite” dalam artian “tiga-K”
itu dan menyebut sekumpulan proposisi-proposisi yang kita bahas di muka sebagai
teori elite politik.
Kita harus mendefenisikan sasaran penelitian kita dalan artian distribusi
kekuasaan, kita harus memperhatikan kontroversinya konsep kekuasaan itu
sendiri. Ada dua konsepsi berbeda tentang kekuasaan yang dianut dalam ilmu
sosial maupun dalan bahasa awam: 1. kekuasaan sebagai kemamampuan untuk
mempengaruhi individu-individu lain, dan 2. kekuasaan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi pembuatan keputusan kolektif.
Dalam studi tentang elite politik, yang paling tepat adalah mendifinisikan
kekuasaan dalam artian kekuasaan atas hasil. Presiden General
Motors, Sekretaris Jendral Partai Komunis Uni Soviet, atau perdana menteri
Tanzania, masing-masing menjadi anggota elite politik bukan karena kemampuaanya
untuk memerimtah bawahannya.
STRATIFIKASI
POLITIK
Bahwa beberapa orang memiliki lebih banyak kekuasaan daripada yang sudah
merupakan dalil. Dan memang tidak ada sistem politik nasional yang menunjukkan
suatu distribusi kekuasaan yang merata, atau bahkan mendekati perataan. Apakah
ada anggapan bahwa distribusi itu harus merata, bagi penelitian kita tidak
relevan. Yang penting dalam semua sistem politik yang kita ketahui kenyataannya
tidak merataya distribusi itu tidak merata.
Kita dapat memandang sistem-sistem politik sebagai terdiri
dari lapisan-lapisan atau dengan kata lain berstratifikasi politik.
Individu0individu yng berkedudukan di lapisan paling bawah dalam sistem
stratifikasi politik tidak memiliki hampir semua syarat atau yang diperlukan
untuk menerapkan kekuasaan politik. Sedangkan mereka yang ada di puncak sistem
stratifikasi sangat banyak memiliki syarat atau sarana itu. Korelasi empirik
yang mendukung pemikiran tentang stratifikasi politik ini begitu kuat dan
begitu universal sehingga ia bisa memberikan suatu kunci yang berguna bagi
studi politik, yang lebih tepat bagi studi perbandingan antarbangsa dari pada
,misalnya, perbadingan pemilihan umum atau badan perwakilan atau partai
politik.
Tugas
individu
TEORI PERBANDINGAN SISTEM POLITIK

REDHA ALFIAN
1001120325
1001120325
PERBANDINGAN SISTEM POLITIK
KELAS A
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2011